Langsungkan Sesi International Conference, FAH Hadirkan Pembicara dari Belanda, Sudan, dan Malaysia
Memasuki hari kedua, kegiatan ADIA Annual International Conference diawali dengan sesi International Conference yang diikuti oleh seluruh peserta (Senin (5/6). Sesi yang dilaksanakan di auditorium Grand Balroom 2 ZHM Premiere Hotel tersebut berlangsung dari pagi hingga siang.
Sesi International Conference menghadirkan 4 orang pembicara eksternal dan 3 orang pembicara internal FAH UIN Imam Bonjol. Pembicara dipilih berdasarkan sekop keilmuan yang mencakup bahasa dan sastra, sejarah dan budaya, serta ilmu perpustakaan dan informasi.
Dr. Suryadi, M.A., salah satu pembicara kunci dari Universitas Leiden Belanda, membentangkan makalah tentang praktek keislaman melalui media sosial di Indonesia. Dalam materinya, ia memaparkan lanskap prilaku beragama umat Islam di Indonesia yang dipotret dari berbagai platform media sosial masa kini.
“Media baru telah memberi warna dan mempengaruhi secara signifikan praktek-praktek keberagamaan kita, cara kita mengekspresikan keberagamaan kita, tidak hanya dalam hablumminannas, tapi juga hablumminallah. Berislam melalui media sosial sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari keseharian masyarakat kita kini”, ungkapnya.
Narasumber lainnya, Prof. Dr. Mohd. Roslan Bin Mohd. Nur, dari Universitas Malaya Malaysia mempresentasikan makalah berjudul Society 5.0 and Religious Moderation: Learning from Umar’s Assurance of Safety Al-Uhda Al-Umariyyah. Sedikit berbeda dengan Suryadi, Mohd. Ruslan menekankan pembahasannya kepada aspek penguatan moderasi beragama.
Mohd. Ruslan mengemukakan sebuah model moderasi beragama dari khazanah sejarah Islam era khalifah Umar bin Khattab. Ia mengambil contoh perjanjian Umar bin Khattab dengan pemeluk Kristen di Yerussalem yang dikenal dengan Al-Uhda Al-Umariyah sebagai bentuk toleransi yang mendasari sikap dan prilaku moderasi beragama dalam ajaran Islam.
Sementara itu, uraian kritis-konstruktif dalam melihat fenomena literasi di era 5.0 menjadi fokus kajian yang dipaparkan oleh Prof. Nurdin Laugu, M.A. Ia mengkritisi adanya turbulensi literasi sebagai dampak penggunaan media sosial dan peran perpustakaan dalam mengadvokasi produksi pengetahuan dalam situasi yang kompleks tersebut.
Sesi international conference ditutup oleh Dr. Abdul Hamid, M.A. yang membentangkan kajian tentang bahasa Arab di era revolusi industri 5.0. Doktor jebolan Universitas Omdurman Sudan tersebut menguraikan perkembangan bahasa Arab di era digital beserta tantangan yang akan dihadapi oleh bahasa Al-Qur’an tersebut di tengah kemajuan teknologi.
Dalam sesi International Conference, Gubernur Sumbar, Mahyeldi, S.P. turut hadir sebagai pembicara kunci. Adapun 3 pembicara dari internal FAH adalah Prof. Dra. Hetti Waluati Triana, M.Pd., Ph.D. di bidang bahasa dan sastra, Dr. Erman, M.Hum. di bidang sejarah dan budaya, serta Dr. Resty Jayanti Fakhlina, M.A. di bidang ilmu perpustakaan dan informasi. (rf)